Kepimpinan Dalam Islam

Assalamualaikum WRBTH,

Sudah sekian lama, terlupa sebentar untuk meneruskan untaian kata-kata yang memberikan peringatan sesama manusia. Bagi diri yang kerdil ini, sudah tentu banyak salah dan silapnya, namun sedikit sebanyak cuba memperbaharui dari semasa ke semasa.

Apabila disebut tentang kepimpinan, ramai yang melihat bahawa ia adalah sebuah tanggungjawab, bebanan yang berat, dan erti sebuah pangkat. Namun, jika kita melihat dari konteks agama Islam, kepimpinan merupakan satu amanah yang dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, sesiapa sahaja secara fitrahnya telah diberikan amanah mengikut ketentuan takdir Illahi walaupun bukan pada kehendaknya. Secara logiknya, tidak ada seorang pun yang meminta untuk dilahirkan ke dunia, namun sebaik sahaja ia menjejakkan kakinya ke alam dunia ini, ia telah pun memikul sebuah amanah yang cukup besar.

Tetapi seringkali manusia terlupa dan leka kerana tarikan duniawi yang begitu mengghairahkan. Firman Allah S.W.T.
 
Maksudnya:
          " Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebaikan, bahawa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah diredhaiNya. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembahKu dengan tidak mempersekutukanKu dengan sesuatu pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."      (An-Nur : 55)


Janji Ilahi Dan Pengharapan
Ayat 55 ini adalah inti tujuan perjuangan hidup. Dan inilah janji dan pengharapan yang telah dikemukakan Tuhan bagi setiap mu'min dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keyakinan di permukaan bumi ini.

Dan pokok pendirian mesti dipegang teguh dan sekali-kali jangan dilepaskan , baik keduanya atau salah satu di antara keduanya. Pertama ialah iman, atau kepercayaan , kedua ialah amal shalih , perbuatan baik, bukti dan bakti.

Kalau iman tidak ada haluan pekerjaan tidaklah tentu arahnya entah berakibat baik ataukah berakibat buruk. Iman sebagai telah berkali-kali diterangkan adalah pelita yang memberi cahaya dalam hati , menyinar cahaya itu keluar dan dapatlah petunjuk , sehingga nyatalah apa yang akan dikerjakan . Oleh sebab itu iman dengan sendirinya menimbulkan amal yang shalih .

Banyak pula amalan yang shalih dikerjakan , tetapi jika tidak timbul daripada iman , bercampur-aduklah di antara yang haq dengaan yang batil. Tetapi kalau keduanya telah berpadu satu , amal shalih timbul dari iman dan iman menimbulkan amal , terdapatlah kekuatan peribadi , baik orang seorang ataupun pada masyarakat mu'min itu , maka kepada orang-orang atau masyarakat seperti inilah Tuhan menjanjikan bahwa mereka akan diberi warisan kekuasaan di permukaan bumi ini.

Kendali bumi ini akan diserahkan ke tangan mereka , sebagaimana dahulu pun warisan yang demikian telah pernah pula diberikan kepada ummat yang terdahulu dari mereka.

Dengan sendinnya, apabila kekuatan iman amal shalih itu telah padu satu dan telah menimbulkan hasil nyata dalam masyarakat, maka agama yang dipeluk pun menjadi kokoh dan teguh, berurat ke bumi, bercabang ke langit, tidak dapat diusik dan diganggu orang lagi. Sebab dialah agama yang diridhai Allah.

Kalau sekiranya selama ini dada rasa berdebar, cemas ditimpa oleh takut, rasa-rasa akan ditimpa oleh bahaya juga, rasa-rasa agama ini akan diancam orang juga, sehingga keamanan dalam hati tak pernah ada, namun apabiia janji warisan itu telah dikabulkan Tuhan, rasa ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya dan keamanan tercapai, sebagai ganti dari ketakutan.

Tetapi dasar pokok keamanan itu ,diperingatkan kembali oleh Tuhan yaitu sifat-sifat dan kelakuan yang dipunyai umat beriman dan beramal shalih itu. Yaitu mereka hanya beribadat kepada Allah. Mereka tidak mempersekutukan Tuhan dengan yang lain. Selama hal ini masih dijaga terus dan dipelahara , selama itu pula janji perwarisan itu tidak akan dicabut oleh Tuhan. Tetapi kalau sesudah itu mereka kafir lagi, rnenolak dan ingkar lagi, niscaya mereka pun telah terhitung menjadi orang fasik. Jangan kecewa jika janji itu dicabut oleh Tuhan kembali.

Itulah kandungan isi dari ayat 55 itu.

Sebagaimana telah dimaklumi Surat an-Nur turun di Madinah setelah Nabi dan sahabat-sahabatnya yang setia itu berhijrah dari Makkah, mendenta selama 13 tahun, berperang cita dengan kaum musyrikin, padahal kaum musyrikin itu sebagian besar bertali darah dan keluarga dengan mereka.

Seakan-akan tidak terbuka sedikit juga pintu pengharapan. Malahan Nabi sendiri pun hendak dibunuh orang. Sekarang mereka telah berpindah ke Madinah. Pindah atau hijrah karna keyakinan bukanlah perkara mudah. Hartabenda. rumahtangga, kampung halaman tempat diri dilahirkan, ditinggalkan karena menuruti suara kepercayaan, suara iman.

Dan sesampai di Madinah tidak pula segera apa yang dicita-cita itu berdiri. Ada halangan Baru orang Yahudi, ada ejekan dari kaum Munafikin dan ada pula ancaman dari kaum senegeri yang telah ditinggalkan itu. yaitu kaum Musyrikin Makkah senantiasa hendak membalas dendam. Ditambah lagi dengan faktor yang keempat, yaitu orang Rom yang berkuasa telah hampir 700 tahun di bahagian Palestin. Mereka pun cemas melihat kebangkitan ummat Baru ini.

Kadang-kadang seakan-akan gelaplah alam sekeliling. Seakan-akan tidak ada titik terang dari luar. Maka datanglah ayat ini memberi peringatan kepada kaum Muslimin bahwa titik terang itu bukan di luar tempatnya dan bukan dari duar datangnya. Titik terang itu ada dalam diri kita sendiri.

Masih adakah kita mempunyai kepercayaan? iman?
Masih adakah kesanggupan beramal shalih? Berbuat baik ?

Kalau keduanya ini masih ada, inilah dia kekuatan dan tenaga vital bagi seorang Muslim atau bagi suatu masyarakat Islam Karena kekuatan sejati itu bukanlah pada harta benda. Hartabenda hanya alat buat mencapai tujuan. Dan bukan pada banyak bilangan, karena banyak bilangan tidaklah ada faedahnya kalau kekuatan batin kosong melompong. Golongan yang banyak tidak mem­punyai cita, sebentar saja dapat dikalahkan oleh golongan yang sedikit yang mempunyai cita. Dan bukan pula pada senjata. Kekuatan yang sebenamya ialah pada yang berdiri di belakang senjata. Tetapi yang berdiri di belakang senjata itu pun tidak kuat, kalau jiwa yang memegang senjata itu tidak mem­punyai arah tujuan.

Kehidupan di dunia ini adakah laksana lautan jua, tidak sekali juga terdapat lautan itu yang tenang Airnya beriak terus dan bergelombang dan berombak. Kesusahan terletak dalam kemudahan dan kemudahan pun terletak dalam kesusahan. Tanyailah sendiri, adakah engkau berbekal? Adakah engkau tahan menderita?

Di dalam ayat ini dijanjikan dengan tegas, asalkan iman dan amal shalih, artinya keteguhan jiwa dan daya karya usaha masih sejalin jadi satu dalam jiwa­mu, namun warisan itu pasti engkau terima. Engkau bukan seorang ummat Muhammad kalau engkau berputus asa, dan engkau bukan ummat Muhammad kalau hidupmu tidak mempunyai pengharapan.

Ayat 55 Surat an-Nur inilah pegangan Nabi Muhammad saw. bersama sekalian pengikutnya dari Muhajirin dan Anshar, selama 10 tahun di Madinah. Ayat inilah bekal Abu Bakar menundukkan kaum murtad, pegangan Umar bin Khathab meruntuhkan dua kerajaan besar, yaitu Persia dan Rum

Kekuasaan pasti diserahkan ke tangan kita dan agama kita pasti tegak dengan teguhnya dan keamanan pasti tercapai. Asal iman dan amal shalih juga dilepaskan dari pendirian.
Hidup itu adalah perjuangan, sekali ombak naik, sekali ombak turun. Kadang-kadang kita memukul dan kadang-kadang pula kita terpukul .
"Tiba giliran menjadi palu, hendaklah pukul habis-habisan.
Tiba giliran jadi landasan,
Tahan pukulan biar bertalu ..... "
Maka daya tahan kita ialah : pada iman dan amal shalih.
Sekali Muhammad al-Fatih, pahlawan Turki teiah menyeberangi Tandul Emas dan merebut Konstantinopel dan meruntuhkan sisa terakhir dari.Kerajaan Byzantium di tahun 1453: seluruh dunia Islam bersorak mengucap syukur Tetapi sekali pula kaum Muslimin diusir besar-besaran dan mesjid-mesjid dijadikan gereja. menaranya diambil penggantungkan lonceng oleh Raja Spanyol suami-isteri di tahun 1492.

Di tahun 1258 masuklah tentara Mongol dan Tartar ke negeri Baghdad, sesudah menghancur-leburkan, membunuhi dan membakar negeri-negeri Islam di Asia Tengah. Mereka hancur-leburkan Baghdad, mereka bakar istana, mereka lemparkan beribu-ribu jilid kitab-kitab pengetahuan Islam ke sungai Dajlah, sehingga berubah air sungai itu jadi hitam karena tinta yang luntur, dan mereka bunuh Khalifah.

Musuh Islam menyangka bahwa habislah Islam dengan runtuhnya Baghdad dan terbunuhnya Khalifah. Tetapi dalam masa setengah abad saja sesudah kejadian itu, cucu dari tentara Mongol penakluk itu sendirilah yang masuk ke dalam Islam, dan cucu cucunya pula yang mendinkan kerajaan Islam Mongol di India

Sejak tahun 1511 bangsa-bangsa Barat Kristian telah menjajah negeri-­negeri Islam. Bangsa Kristian Belanda telah menguasai Indonesia selama 350 tahun. Orang menyangka habislah sudah Islam di Indonesia Rupanya karena pengaruh ayat 55 Surat an-Nur ini, tenaga Islam bangkit kembali dan penjajahan hapus sirna.

Negeri-negeri Kristian membantu berdirinya Negara Israel di pusat ke­budayaan dan peradaban Arab, yaitu Palestin. Lebih satu juta orang Arab penduduk asli Palestina terusir dari kampung halamannya Tetapi kejadian ini pulalah yang menjadi perangsang buat kebangkitan baru pada tanah-tanah Arab yang mengelilingi Palestin agar bersatu padu.

Di samping terusirnya satu juta ummat Islam dari Palestina dan hidup me­numpang-numpang di negeri tetangganya. 75 juta ummat Islam di Indonesia mencapai kemerdekaan dan 75 juta ummat Islam pula di Pakistan dapat mendirikan negara.

Di dalam memperjuangkan iman dan amal shalih tidaklah selalu kita bertemu jalan yang datar disirami minyak wangi , kiri kanan dipasangi gaba­gaba daun kelapa Kadang-kadang kita terbentur, sebagaimana Nabi dan para sahabatnya pun pernah terbentur. Kalau kita gagal sekali atau dua kali, ataupun kalau kita kalah. bukanlah berarti bahwa yang kita tuju dan kita cita-cita tidak benar, mungkin cara kita mencapai tujuan yang tidak kena jalannya.

Perjuangan menegakkan cita Islam, mencapai tujuan menjadi penerima waris di atas bumi, bukanlah kepunyaan satu generasi, dan jumlahnya bukan­lah sekarang, melainkan menghendaki tenaga sambung bersambung.

Ayat inilah surnber inspirasi buat bangkit.
Maka untuk menguatkan peribadi menghadapi segala kesulitan dan pen­deritaan mencapai tujuan itu, hendaklah selalu jiwa dikuatkan, sehingga tahan kena badai dan iman serta amal shalih itu tidak luntur. Cara memperkuat jiwa itu dijelaskan pada ayat 56:

"Dirikanlah sembahyang dan keluarkanlah zakat dan taatlah, turutilah Rasul Utusan Allah itu. Moga-moga dengan jalan demikian kamu akan di­limpahi rahmat."


Dengan sembahyang, irnan tadi diperkuat dengan sembahyang , perasaan yang halus dan cinta yang kudus, kepada Ilahi dijadikan imbangan bagi akal yang selalu menerawang Sembahyang memperkuat peribadi, sembahyang menjadi waktu istirahat untuk mencari kekuatan yang baru. Dengan sembah­yang, petunjuk pun datang. Sehingga yang gelap terang kembali,-karena pelita telah ada dalam hati.

Apatah lagi dengan sembahyang berjamaah, maka masyarakat selalu rapat. Sebab di ayat yang lain (Surah asy-Syura, ayat 38) dijelaskan benar bagaimana hubungan sembahyang itu dengan kemasyarakatan, dengan musyawarah mengurus urusan urusan bersama.
"Dan orang-orung yang memperkenankan panggilan Tuhannya, bagi mendirikan sembahyang, dan segala urusan mereka, mereka musyawaratkan di antara mereka, dan rezeki yang Kami berikan mereka nafkahkan pula."
Sembahyang bukan tempat lari, melainkan untuk mencari kekuatan meng­hadapi tugas, peneguh iman dan memperkuat hubungan (Human Relation). Sesudah mengerjakan sembahyang hendaklah diiringi dengan membayar zakat. Kalau dengan sembahyang memperteguhkan iman, maka zakat adalah untuk memperteguh amal shalih. Zakat bukanlah semata-mata suatu amal suka rela , tetapi suatu kewajiban keagamaan, yang tidak sah keislaman kalau tidak dengan dia, vakni apabila harta yang dizakatkan itu telah cukup nishab (bilangan) dan sampai tahunnya.
Dengan sebab zakat, seorang Muslim menjadi orang masyarakat, bukan semata-mata beramal untuk diri sendiri. Dengan zakat yang kaya membela yang miskin. Dengan zakat penyakit bakhil dapat di­ubah dari diri sendiri. Kebakhilan adalah penghalang besar bagi menegakkan suatu cita cita.
Kemudian itu hendaklah taat kepada pimpinan Rasul. Sebagaimana dalam ketentaraan, hendaklah taat kepada pimpinan tertinggi, hendaklah tunduk kepada satu kornandan, demikianlah juga beramal dalam Islam militan sifatnya. Sembahyang lima waktu sehari semalam dengan berjamaah dan bershaf, adalah bibit pertama dari disiplin. Sembahyang berjamaah mempunyai imam. Seorang Mu'min tidak boleh takbir sebelum takbir imam, tidak boleh sujud se­belurn sujud imam, dan tidak boleh mengangkat kepala dahulu dari imam. Dan kemudian dari itu, sehabis sembahyang hendaklah setiap orang berusaha mencari kehidupan dan yang mampu memberikan pembagian hasil pencariannya itu untuk yang lemah dan melarat.
Sebahagian pula daripada hasil harta benda zakat itu hendaklah digunakan untuk memerdekakan hamba dan sebahagian lagi untuk Sabilillah, baik untuk Sabilillah berperang, atau untuk Sabilillah Da`wah. Dan segala tindak~tanduk hidup hendaklah diselaraskan dengan tuntunan yang diberikan oleh Rasulul­lah, Utusan Allah. Jangan mempunyai atau membuat peratarun sendiri, yang berlainan dengan tuntunan Rasul. Jangan hendak lebih cerdik dari Rasul.

Teknik bisa berubah dari suatu zaman ke lain zaman, Islam pun mengakui pengaruh ruang dan waktu, (Tathbrqul umuri biz zamani wal makani), dan Rasulullah pun menyuruh kita mempergunakan akal dan ijtihad buat me­nempuh segala kesulitan, karena seorang pejuang harus mengerti perubahan cuaca dan medan pertempuran, tetapi pokok ajaran Rasul yaitu bahawa ke­datangan beliau adalah membawa rahmat bagi seluruh alam, tidaklah boleh berubah selama-lamanya.

Di ayat 56 itu sudah jelas, cita-cita untuk menyambut warisan, melaksana­kan kehendak ilahi di atas dunia ini , yang timbul dari iman dan amal shalih hendaklah beredar atas sumbu keperibadian yang diperteguh dengan sembah­yang, zakat dan taat menurut Rasul Kalau ini ditegakkan maka rahmat yang dicita-citakan itu pasti tercapai.

Rahmat apakah itu?
Rasa dendam hilang, karena semua orang berlomba mengerjakan ke­baikan. Rasa benci tidak berpengaruh, sebab yang kaya mencintai yang miskin dan yang kuat menuntun tangan yang lemah supaya dia terangkat naik, bukan menindasnya. Setiap orang merasai terjamin hak kemerdekaan dan ke­bebasannya, sebab kemerdekaan itu timbul dari dalam jiwanya sendiri.


Wallahu'lam...

Comments

Popular posts from this blog

Lafaz musytarak dalam usul fiqh

Ibrah Peristiwa Nuzul Al-Quran

Fahami apa itu ikhtilat